Produksi plastik dunia sudah menembus 390 juta ton per tahun. Sayangnya, hanya sekitar 9% plastik yang berhasil didaur ulang. Sisanya menumpuk di bumi, mencemari tanah, air, hingga rantai makanan. Salah satu teknologi yang belakangan naik daun sebagai solusi adalah pyrolysis, proses mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak atau bahan kimia bernilai tinggi.
Namun, seiring viralnya teknologi ini, muncul klaim-klaim yang perlu dicermati. Salah satunya, anggapan bahwa 1 kilogram plastik bisa diubah langsung menjadi 1 liter bahan bakar. Kedengarannya sangat menjanjikan, tetapi kenyataannya tidak sesederhana itu.
Apa Sih Pyrolysis Itu?
Pyrolysis adalah teknologi yang memanaskan plastik pada suhu tinggi (300–700 °C) tanpa oksigen, sehingga plastik terurai menjadi gas (syngas), minyak (pyrolysis oil), dan residu padat (arang plastik). Pyrolysis oil memang bisa digunakan sebagai bahan bakar, tetapi tidak serta-merta bisa dimasukkan ke mesin kendaraan tanpa pemrosesan lanjutan.
Misalnya, solar dari pyrolysis punya massa jenis sekitar 0,78–0,82 kg per liter. Artinya, 1 liter solar beratnya kurang dari 1 kilogram. Jadi klaim konversi 1 kg plastik = 1 liter solar tidak tepat secara ilmiah, karena tidak memperhitungkan faktor massa jenis dan fakta bahwa hasil pyrolysis tidak sepenuhnya berupa minyak. Sebagian massanya berubah menjadi gas atau char.
Potensi Bisnis Yang Menjanjikan Tapi Tidak Mudah
Dari sisi bisnis, pyrolysis terlihat menggiurkan. Harga minyak hasil pyrolysis bisa mencapai USD 600–900 per ton, dan syngas dari proses ini mampu menghasilkan energi listrik hingga 800 kWh per ton plastik. Tapi, biaya investasi awal untuk membeli reaktor, sistem pendingin, hingga pengolahan gas buang, sangat tinggi. Operasionalnya pun boros energi.
Semakin kecil skala pabrik pyrolysis, makin mahal biaya produksi per ton plastik yang diolah. Selain itu, bisnis ini penuh risiko: harga minyak global fluktuatif, suplai plastik harus berkelanjutan, dan regulasi lingkungan kian ketat. Tanpa analisis keuangan yang matang, potensi keuntungan bisa berbalik jadi kerugian.
Misi Lingkungan Harus Jadi Tujuan Utama
Terlepas dari peluang bisnisnya, tujuan utama pyrolysis seharusnya tetap fokus pada penyelamatan lingkungan. Teknologi ini mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 3,5 ton CO₂-ekuivalen per ton plastik yang diolah. Pyrolysis juga mendukung ekonomi sirkular, karena mengubah plastik yang sulit didaur ulang menjadi bahan baku kimia untuk membuat plastik baru berkualitas tinggi. Namun, pyrolysis bukan tanpa tantangan. Prosesnya boros energi, dan pengembangan katalis yang lebih efisien masih terus diupayakan agar hasilnya maksimal sekaligus ramah lingkungan.
Lingkungan v.s Bisnis Harus Sejalan
Pyrolysis memang membuka peluang ekonomi, tetapi misi lingkungannya harus jadi prioritas. Jangan sampai teknologi ini hanya jadi mesin pencetak uang sementara masalah sampah plastik tetap menggunung. Industri pengelolaan sampah yang benar-benar sukses justru idealnya kehabisan bahan baku plastik karena masyarakat sudah mampu mengurangi konsumsi dan menghasilkan lebih sedikit sampah. Pyrolysis bisa menjadi jembatan menuju masa depan bebas plastik, asalkan dijalankan dengan bijak, memadukan keberlanjutan lingkungan dengan kelayakan bisnis.